Mempertanggungjawabkan Tetes Darah Rasulullah

.
Indonesia Menuju Tauhid


MEMPERTANGGUNG JAWABKAN TETES DARAH RASULULLAH
.
© doni Riw
.
Tubuh luka itu terbaring lemah di sudut kebun kurma. Darah segar masih menetes.

Semua itu dilakukan demi kelanjutan dakwah dan kehidupan Islam.

Pengikutnya memang semakin bertambah. Pengaruhnya semakin meluas.

Namun demikianlah sunatullah. Semakin tinggi pohon semakin kuat angin menerpa.

Sudah saatnya bagi Allah untuk mengambil istri dan paman yang selama ini menjadi penyangga.

Sudah saatnya patron itu dikonversi dari figuritas manusia menjadi figur sistem; negara.

Demi itulah, Beliau SAW rela berdarah-darah dilempari batu warga jahil Tha'if.

Ya. Beliau SAW menawarkan pada bani Tsaqif untuk menerima Islam sebagai jalan hidup dan dirinya sebagai pemimpin.

Tetapi bani Tsaqif telah menyiakan kesempatan emas itu. Bahkan justru mengubahnya menjadi perbuatan laknat.

Namun itu hanya ujian sementara.

Kemenangan sejati telah menanti di muka.

Ya. Bai'at suku Aus & Khazraj telah membuka pintu sejarah gemilang; kekuasaan politik, sosial, dan budaya yang membentang dari spanyol hingga indonesia.

Kegemilangan yang dibangun di atas keringat dan darahnya, darah para sahabat, juga seluruh generasi penerusnya.

Sayang,
hari ini semua kegemilangan itu tersungkur di bawah kaki para pagan penyembah hak asasi manusia.

Tanah-tanah mereka digusur, nama wilayah mereka dicoret dari peta dunia.

Jiwa-jiwa mereka begitu murah tanpa harga. Satu orang eropa mati jadi berita, seribu muslim mati jadi data.

Sebagian ulama menggadaikan aqidahnya demi secuil harta dunia.

Syari'at Islam dinisbah radikal. Pluralisme dikata tawasut.

Bermesra dengan penista agama, keji dengan saudara dalam taqwa.

Pemimpin zalim penghalang dakwah dipanggil Khalifah, pejuang Khilafah disebut perusak bhineka.

Khilafah warisan Rasulullah ditukar ashobiyah bangsa.

Lantas,
Bagaimana kita akan mempertanggungjawabkan tetes darah beliau di sudut kebun kurma?

Apakah kita akan meniru bani Tsaqif menghalangi tegaknya konstitusi syariah?

Atau akan mengikuti kaum anshor pembuka jalan Khilafah ke dua?

Comments

Visitor

Online